Home > HEADLINE > MAJT Prakarsai Pembentukan PPRI Lintas Agama

MAJT Prakarsai Pembentukan PPRI Lintas Agama

SEMARANG[Kampusnesia] – Para pengelola rumah ibadah berbagai agama di Semarang berencana akan membentuk Paguyuban Pengelola Rumah Ibadah (PPRI) Lintas Agama, yang dapat dijadikan sarana berkomunikasi untuk menjaga kerukunan antar umat beragama.

Gagasan itu diinisiasi Ketua Dewan Pelaksana Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah (DPP MAJT) Prof Dr KH Noor Achmad MA, saat dialog dan buka bersama tokoh lintas agama di Aula MAJT, Sabtu (25/5).

“Saya punya gagasan adanya paguyuban takmir (Pengelola) rumah ibadah lintas agama. Jika para tokoh lintas agama yang hadir disini setuju, nanti bisa kita wujudkan setelah Lebaran,” ujar Noor.

Menurutnya, MAJT bersama jamaahnya senantiasa berupaya untuk berada di garda terdepan dalam menjalin kerukunan antar umat beragama.

Saat menyongsong bulan Ramadan 1440 H lalu, lanjutnya, MAJT bekerja sama dengan Gereja IFGF Semarang menggelar bakti sosial bazar peket sembako murah untuk masyarakat.

Dia menuturkan dalam kegiatan bersama itu disediakan 3.000 paket sembako dengan harga per paket Rp100.0, pengunjung (jamaah) cukup membayar separonya habyaRp50.000.

Kali ni, tutur Noer, MAJT menggelar buka puasa bersama tokoh lintas agama, ini merupakan salah satu rangkaian upaya membangun komunikasi interaktif positif dan kerukunan pengelola rumah ibadah lintas agama yang sekaligus diikuti oleh jamaahnya.

Kepala Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang, Romo Aloysius Budi Purnomo Pr mengapresiasi gagasan Prof Noor itu.

“Ini menunjukkan sikap moderat para pengurus MAJT. Saya sangat mengapresiasi inisiatif ini. Gagasan untuk membentuk paguyuban pengurus rumah Ibadah lintas agama ini bagus, kita akan dukung,” tutur Romo Budi.

Menurutnya, yang pernah mengemban tugas sebagai Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang (Kom HAK KAS) buka puasa bersama para pengelola rumah ibadah lintas agama seperti ini bagus sekali.

Ibadah puasa, dia menambahkan tidak hanya umat muslim saja yang melakukannya, puasa sebenarnya menjadi bagian dari ungkapan iman semua agama.

Dia mengatakan puasa dalam agama Katolik dilaksanakan 40 hari mulai Rabu Abu hingga Sabtu Suci, sesudah wafat Isa Almasih. Masa puasa disebut Masa Prapaskah.

Ungkapan iman ini, tutur Rono Bud , juga diikuti dengan perwujudan iman melalui Aksi Puasa Pembangunan (APP) yang diintensifkan untuk karitatif dan pemberdayaan kaum KLMTD (Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir dan Difabel). Semua dimaksudkan untuk semakin mengasihi Tuhan, sesama dan semesta.

“Hakikat puasa dalam tradisi Islam juga ditempatkan dalam konteks hidup rukun, toleran dan harmonis. Ini bagus sekali, sangat relevan juga dengan ajaran agama kami,” ujarnya.

Selain Romo Budi, apresiasi juga datang dari tokoh lain, di antaranya dari Ketua Perkumpulan Boen Hian Tong, Harjanto Halim.

Haryanto Halim menuturkan kegiatan buka bersama lintas agama yang dipelopori MAJT bagus sekali, ini menunjukkan bahwa rumah ibadah umat muslim (Masjid) di Indonesia, utamanya MAJT yang berada di Kota Semarang ini sangat terbuka.

“Semua tokoh agama lintas agama diundang, kita bisa saling berbagi, bisa saling bercerita, merefleksikan makna puasa bagi agamanya masing-masing. Saya juga berharap gerakan yang bagus ini, diikuti para pengelola rumah ibadah yang lain bisa membuka diri, mau menerima terhadap umat agama yang lain,” tuturnya. (smh)

* Artikel ini telah dibaca 123 kali.
Kampusnesia
Media berbasis teknologi internet yang dikelola oleh Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *