SEMARANG[Kampusnesia] – Dalam kondisi yang semakin terdesak pelaku aksi teror tidak menggunakan kalkulasi kualitas maupun kuantitas korban. Aksi atau tindakannya hanya dijadikan sebagai simbul atau sinyal kepada publik bahwa dirinya masih eksis dan bergerak.
Sekretaris Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Provinsi Jawa Tengah (FKPT Jateng) Syamsul Huda memprediksi aksi peledakan bom bunuh diri di dekat pos Polisi Kartosuro Sukoharjo hanya sebatas kirim sinyal kepada publik dan Polisi bahwa dirinya masih ada belum habis serta terus bergerak.
“Besar atau dahsyatnya korban akibat tindakan aksi terorisme bukan menjadi target para pelaku kejahatan kemanusian luar biasa (ekstra ordoneru crime), apalagi ruang geraknya semakin menyempit,” ujar Syamsul di Semarang, Rabu (5/6).
Menurutnya, aksi tindakan peledakan bom bunuh diri dekat pos Polisi Kartusuro Sukoharjo Senin malam lalu memang tidak sampai mengakibatkan korban selain pelakunya itu sendiri.
Pelaku aksi teror ini, lanjutnya, terkesan tidak menghiraukan dan memperhitungkan siapa sasaran korbannya selain Polisi dan seberapa besar akibat dan dampaknya, apalagi dalam kondisi terdesak dan terbatas mobilisasinya.
Dia menambahkan kompak dan solidnya aparat keamanan bersama masyarakat Jateng dalam mencegah pembiakan ideologi dan aksi teror menjadikan ruang gerak pelaku aksi teror semakin terbatas gerakan dan manuvernya.
Hal ini, tutur Syamsul, karena gerakan pencegahan dan penolakan terhadap radikalisme dan terorisme terus menguat dan mendapat dukungan secara massif. Akibatnya, karena tertolak akhirnya manuvernya tidak mendapat respon.
Akibatnya, diperkirakan mereka berupaya kirim sinyal kepada publik untuk menunjukkan bahwa mereka asih eksis dan mampu bermanuver untuk membuat masyarakat dalam kondisi ketakutan.
“Pelaku bom diri di Kartosuro masih hidup dan diharapkan aparat bisa menggali informasi sedetail-detailnya. FKPT Jateng selalu berharap masyarakat tetap merapatkan barisan bersama aparat menjaga keutuhan NKRI dan menolak terorisne,” tuturnya. (smh)