PEKALONGAN[Kampusnesia] – Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Kota Pekalongan mensosialisasikan program Generasi Bersih dan Sehat (Genbest) kepada para orang tua dan generasi millenial di Kota Batik itu, Kamis (27/6).
Plt Diskominfo Kota Pekalongan August Marhaendayana mengatakan dalam merealisasikan ini pihaknya menjalin kerja sama dengan Direktorat Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kemenkominfo.
“Kegiatan ini bertujuan untuk menurunkan angka prevalensi stunting di Kota Pekalongan. Sosialisasi Genbest ini juga diharapkan menciptakan generasi penerus menjadi sumber daya manusia (SDM) mumpuni,” ujar August di Pekalongan, Kamis (27/6).
Menurutnya, setelah sosialisasi ini juga diharapkan para peserta menindaklanjutinya dengan memberikan informasi kepada lingkungan sekitar, agar mengetahui informasi yang benar mengenai stunting.
Kota Pekalongan, lanjutnya, dipilih untuk kegiatan sosialisasi lantaran menjadi satu dari 60 Kabupaten/Kota prioritas 2019. Apalagi berdasarkan survei nasional, prevalensi Stunting di Kota Pekalongan masih cukup tinggi hingga mencapai angka 30%.
Dia menambahkan sosialisasi ini ditargetkan dapat menyentuh kalangan remaja putri, termasuk dari sepuluh Kelurahan Prioritas, meliputi Gamer, Bandengan, Keputran, Dekoro, Panjang Baru, Baros, Kergon, Jenggot, Sokorejo dan Soko.
Setelah mendapatkan cukup informasi mengenai permasalahan stunting, diharapkan remaja bisa memutus mata rantai permasalahan stunting di Kota Pekalongan.
Kepala Sub Direktorat Informasi dan Komunikasi Kesehatan, Marroli J Indarto menuturkan Indonesia merupakan negara kedua stunting terbanyak setelah Kamboja.
Menurutnya, prevalensi stunting di Indonesia pada 2019 tercatat 30,6% dari jumlah angka kelahiran. Pada pemerintahan Presiden Jokowi-Jusuf Kalla serius menangani permasalahan ini.
Terbukti, lanjutnya, tingkat prevalensi stunting 2013 diangka 37,2% menurun cukup signifikan pada 2018 diangka 30,8%. Targetnya prevalensi stunting dibawah 20% dari angka kelahiran.
“Kendati begitu angka tersebut masih tinggi, karena tiga dari sepuluh balita di Indonesia masih mengalami stunting. Namun pemerintah optimis angkanya semakin turun karena ragam kebijakan intervensi penanggulangan stunting,” tuturnya.
Penurunan prevalensi stunting, tutur Marroli, tidak bisa diselesaikan hanya oleh Kementerian Kesehatan atau badan di bawahnya. Semua pihak harus dilibatkan agar bisa menurunkan prevalensi stunting sesuai harapan di bawah 20%.
“Seperti yang dilakukan Kementerian Kominfo ini dengan sosialisasi Genbest yang bertujuan untuk menurunkan prevalensi stunting, sosialisasi stunting penting untuk mencegah munculnya SDM yang tidak kompeten ketika menghadapi bonus demografi pada 2030,” ujarnya.
Dia mengatakan pencegahan stunting sangat bergantung pada peran aktif keluarga dan komunitas untuk mengubah perilaku dan menerapkan gaya hidup bersih dan sehat di lingkungannya.
“Untuk itu, Kominfo terus berkomitmen bahwa penyediaan informasi terkait isu stunting ini haruslah mudah diakses dan dipahami masyarakat, salah satuya melalui forum GenBest ini,” tuturnya. (wan/smh)