Home > HEADLINE > Peringati Hari Anak Nasional, Ganjar Populerkan Lagi Permainan Tradisional Engklek

Peringati Hari Anak Nasional, Ganjar Populerkan Lagi Permainan Tradisional Engklek

SEMARANG[Kampusnesia] –  Tingkah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menarik perhatian pada acara Hari Anak Nasional. Betapa tidak, karena yang semula seremonial menjadi ger-geran, saat naik panggung untuk memberikan sambutan, dia malah mengajak anak-anak bermain engklek.

Acara yang digelar di Grand Maerakaca Semarang itu, semula memang sangat protokoler. Tenda, panggung, dan kursi duduk menambah kuatnya kesan formil.

Melihat hal itu, Ganjar pun “berulah”. Ketika panitia mempersilakan sambutan, dia justru menuju bawah panggung. Menggunakan kapur tulis terlihat menggambar sesuatu di lantai batako.

Baru jadi separuh, dia meminta anak-anak TK dan SD maju mendekat. “Ada yang tau gambar ini?”, tanya  pada anak-anak.

“Engklek!,” teriak anak-anak. Siswa SD Terang Bangsa bernama Yeski Alputra Emas kemudian diminta meneruskan karya Ganjar. Jadilah tujuh kotak bersambung membentuk pesawat terbang.

“Ayoo… siapa yang bisa main engklek,” tanya Ganjar sekaligus ajakan kepada anak-anak.

Hingga kemudian nampak anak-anak bergantian main engklek atau juga dikenal dengan nama sundamanda. Menggunakan pecahan genteng sebagai “gacuk”, kaki-kaki mungil itu meloncati kotak demi kotak. “Awas jangan injak garis,” teriak Ganjar.

Selain main engklek, Ganjar juga meminta satu persatu unjuk penampilan. Ada yang menyanyi lagu kebangsaan, ada pula yang mengaji Surat Al Kautsar. Yeski dan teman-temannya pun mendapatkan beragam hadiah dari Ganjar

“Senang sekali bisa main engklek bareng pak Gubernur. Biasanya main dengan teman-teman di rumah. Selain engklek, saya biasa main petak umpet, gobag sodor, betengan dan lainnya,” tutur Yeski.

Ganjar begitu senang melihat anak-anak masih banyak yang bisa permainan tradisional. Di tengah kemajuan zaman, permainan tradisional tidak boleh dilupakan.

“Sebenarnya ketika anak-anak berkumpul, mereka masih bermain permainan tradisional. Meskipun sekarang gadget sudah banyak, namun mereka tidak lupa dengan permainan ini, sehingga mereka punya kohesi dengan teman-teman seusianya,” ujar Ganjar.

Tugas pemerintah, lanjutnya, lingkungan dan orang tua adalah menjaga keceriaan anak-anak tersebut. Orang tua harus memberi teladan yang baik, sekaligus menjadi benteng akan pengaruh negatif kemajuan teknologi.

“Hati-hati, ada banyak bahaya seperti narkoba, bullying, paham radikal yang ada di media sosial. Orang tua harus mengawasi itu,” tuturnya.

Persoalan anak dengan HIV/AIDs (ADHA) di Jawa Tengah. Menurut data Kementerian Kesehatan RI, Jateng berada di peringkat empat jumlah ADHA terbanyak. Setelah Papua 536 anak, Jatim 421 anak, Jabar 320 anak, Jateng 308 anak, dan DKI Jakarta 304 anak.

“Disamping negara, pemerintah dan orang tua membantu mereka dalam proses pengobatan, kita juga harus memastikan ADHA bisa bergaul dengan teman-temannya, sehingga, mereka tetap memiliki teman, tidak diasingkan dan secara psikologis mereka merasa ada. Tinggal dokter, orang tua dan pemerintah menjelaskan pada anak-anak untuk tidak menjauhi mereka,” ujarnya. (rs)

* Artikel ini telah dibaca 197 kali.
Kampusnesia
Media berbasis teknologi internet yang dikelola oleh Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *