SEMARANG[Kampusnesia] – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menghimbau masyarakat Jawa Tengah selalu waspada dan cermat untuk memilih perusahaan teknologi keuangan (fintech) dan investasi dengan berbagai tawaran menggiurkan.
Kepala Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan OJK Irjen Pol Rokhmad Sunanto mengatakan praktek investasi bodong kembali mencuat di wilayah Jateng, terutama di Kabupaten Klaten.
Menurutnya, kasus investasi bodong yang menjadi perhatian adalah investasi jamu di Klaten hingga banyak masyarakat yang menjadi korban pihak yang tidak bertanggung jawab.
“Kami OJK terus melakukan sosialisasi ke masyarakat Jateng, hati-hati memilih investasi dari tipu menipu, dari oknum yang tidak bertanggung jawab,” ujarnya usai Sosialisasi Satgas Investasi di Semarang, Senin (29/7).
Mencuatnya investasi bodong di Jateng, lanjutnya, seiring perkembangan ekonomi di Jawa Tengah yang cukup baik, sehingga menjadi incaran pihak yang tidak bertanggung jawab untuk masuk membawa investasi bodong ke provinsi ini.
“Untuk itu, masyarakat harus waspada mengelola keuangannya, harus bijaksana, mau investasi kemana?, berupa apa?,” tuturnya.
Dia meminta agar masyarakat melapor apabila menemukan tawaran investasi yang mencurigakan.
“OJK punya wadah untuk melaporkan kasus investasi bodong yakni melalui satgas waspada investasi, di mana saat ini telah mengandeng 13 Kementerian,” ujarnya.
Kepala OJK Regional 3 Jawa Tengan dan DIY, Aman Santosa menuturkan saat ini jumlah perusahaan fintech peer-to-peer (P2P) lending yang terdaftar di OJK hingga 15 Mei 2019 mencapai 113 fintech yang terdaftar.
“Kalau membutuhkan jasa pinjaman online gunakan saja yang 113 fintech ini. Kalau di luar ini kami tidak tahu,” tutur Aman.
Menurutnya, sebelum mengajukan pinjaman online masyarakat harus ingat sejauh mana dana yang dibutuhkan. Masyarakat harus tahu, bahwa pinjaman dana online memang mudah, namun memiliki bunga yang tinggi.
“Masyarakat harus paham betul manfaat dan dampaknya, memang mengajukan pinjaman online gampang dan syaratnya mudah. Namun diingat bunganya juga tinggi, gunakanlah dengan bijak, benar-benar butuh tidak. Jangan sampai terjebak,” ujarnya. (rs)