Home > EKONOMI & BISNIS > AGRIBISNIS > Anjloknya Harga Garam Ancam Petani Bakal Alami Kerugian

Anjloknya Harga Garam Ancam Petani Bakal Alami Kerugian

SEMARANG[Kampusnesia] – Para petani garam di berbagai sentra produksi Jateng semakin mengkahawtirkan bakal mengalami kerugian, akibat harga garam produknya di pasaran terus merosot.

Kekhawatiran petani garam itu mulai mendapat perhatian dari kalangan DPRD Jateng. Melalui Komsi B meakukan kunjungan langsung di sentra produksi garam di Kabuaten Rembang dan Pati.

Wakil Ketua Komisi B DPRD Jawa Tengah Yudhi Sancoyo mengatakan rendahnya harga garam di tingkat petani cukup memprihatinkan dan usaha mereka terancam bakal mengalmi krugian jika harga terus merosot di tingkat terendah.

Menurutnya, harga jual garam rakyat saat ini hanya sebesar Rp300 hingga Rp350 per kilogramnya. Padahal harga untuk balik modal sekitar Rp700 per kilogram, sehingga penuruann harga itu mengamcam uasaha petani bakal merugi.

“Harga garam yang rendah saat panen itu, membuat usaha para petani garam mulai merugi. Yang lebih parah, para petani garam harus mengirim dan menjual hasil mereka ke Surabaya. Mereka masih terbebani ongkos transport dan tenaga,” ujarnya, Rabu (31/7).

Dia mengharapkan agar Pemerintah Pusat bisa segera bertindak untuk membantu nasib petani garam, setidaknya harga garam bisa kembali normal.

“Ada tudingan di lapangan selain karena melimpah produk garam petani pada musim panen, juga ada dugaan rembesan dari impor. Namun itu Tapi belum terbukti,” tuturnya.

Yudhi menuturkan rendahnya daya tawar garam petani di berbagai sentra produksi di Jateng juga akibat pembelian para tengkulak harga menurun. Sementara para petani tidak memiliki kekuatan untuk memutuskan kenaikan harga.

“Saya kira butuh paguyuban yang kompak dan bisa menentukan harga. Selama ini, mau tidak mau harus mengikuti harga tengkulak. Di sisi lain, perlu adanya gudang tempat penyimpanan garam bagi para petani, sehingga ketika harga rendah karena supply berlebih, para petani bisa menyimpan dulu stok produknya,” ujarnya. (rs)

* Artikel ini telah dibaca 116 kali.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *