SOLO[Kampusnesia] – Isu intoleransi mulai dimanfaatkan oleh para teroris untuk melebarkan sayap pengaruhnya di kalangan pelajar, agar tertarik untuk bergabung dengan gerakan radikalisme dan terorisme.
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Pol Hamli ME mengatakan isu intoleransi dipilih karena mengandung nilai-nilai sensasional yang tinggi di mata anak muda yang sedang menggelora semangatnya
“Anak muda, apalagi yang terpelajar dieksploitasi perasaannya dengan diajak untuk bersikap kritis terhadap setiap fenomena,” ujar Hamli dalam Diskusi Film Satu Indonesia dan Lomba Vedio Pendek untuk Pelajar yang diselenggarakan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jateng dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Hotel Syariah Solo, Kamis (19/9).
Menurutnya, hampir seluruh fenomena dan peristiwa diolah menjadi isu yang mengandung potensi pecah belah, sekaligus dijadikan bahan isu intoleransi serta ujaran kebencian yang dilempar ke publik melalui media sosial (medsos) maupun media massa.
Dari situlah, lanjutnya, secara perlahan terbentuk sikap intoleran di kalangan kaum muda dan terpelajar yang kalau tidak segera dinetralisir akan bermetamorfosis menjadi radikal.
Dia menambahkan belajar dari berbagai kejadian yang ada bisa disimpulkan sikap intoleran akan berujung menjadi radikalis dan selanjutnya akan mengarah menjadi teroris.
Karena itu, tutur Hamli, menjadi kewajiban semua pihak terutama para pegiat anti radikalisme dan terorisme untuk bergerak bersama-sama, berupaya agar para pelajar tidak sampai terpengaruh dan larut dalam efuria intoleransi.
“Kepala sekolah bersama guru harus lebih intens mengawasi kegiatan peserta didiknya agar tidak sampai terseret dalam arus penyebarluasan gerakan intoleransi,” tuturnya.
Selain itu, kata Hamli, para orang tua pelajar juga harus ambil bagian dalam membentengi anakanya dari pengaruh gerakan intoleransi. (smh)