Home > HEADLINE > Ganjar Pimpin Doa Kelancaran Pelantikan Presiden Di Klaten

Ganjar Pimpin Doa Kelancaran Pelantikan Presiden Di Klaten

KLATEN[Kampusnesia] – Ribuan warga memadati kompleks peninggalan Kyai Ageng Gribig Jatinom di Desa Kajen Kecamatan Jatinom, Klaten untuk mengikuti kegiatan budaya tradisi sebar apem Yaqowiyyu, Jumat (18/10).

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo ikut hadir dalam kegiatan itu, dengan didampimgi Bupati Klaten, jajaran Forkompimda dan para ulama, bahkan ramai-rami ikut membagi-bagikan apem kepada ribuan masyarakat.

“Ini tradisi unik yang sudah berjalan selama empat abad lamanya. Betapa indahnya acara ini, karena semua berkumpul dan melestarikan tradisi peninggalan leluhur sampai sekarang,” ujar Ganjar.

Nilai filosofis, lanjutnya, yang terkandung dalam acara tersebut juga sangat dalam. Selain nilai kebersamaan, kegiatan ini juga wujud pentingnya berbagi rejeki dengan saudara sekitar dan menjalin erat persatuan antar sesama anak bangsa.

“Mari, suasana guyub rukun ini kita jaga dan lestarikan. Saling peduli dengan tetangga sekitar dan saling tolong menolong,” tuturnya.

Dia juga mengajak seluruh masyarakat untuk mendoakan Indonesia aman, rukun dan damai. Apalagi sebentar lagi, ada pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih yang akan memimpin Indonesia selama lima tahun ke depan.

“Mari kita berdoa agar pelantikan nanti berjalan lancar. Indonesia jadi negara aman dan tentram, serta bisa segera membangun untuk kesejahteraan bersama. Alfatihah,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Panitia Sebar Apem Yaqowiyyu, Ebta Tri Cahya mengatakan tradisi tersebut sudah berlangsung sejak tahun 1400. Saat itu, Kyai Ageng Gribig berangkat haji dan membawa pulang tiga buah kue dari Tanah Suci.

“Karena santrinya banyak, akhirnya tiga kue itu dimasak ulang dengan ditambah adonan tepung menjadi apem. Kemudian apem itu dibagikan dan terjadilah tradisi ini sampai sekarang,” tuturnya.

Menurutnya, ada nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam tradisi itu. Kyai Ageng Gribig lanjut dia ingin mengajarkan kepada santrinya tentang nilai silaturahmi dan berbagi kepada sesama.

“Nilai shodaqoh ini yang paling penting, bagaimana kita peduli dengan orang di sekitar kita,” ujarnya. (rs)

* Artikel ini telah dibaca 241 kali.
Kampusnesia
Media berbasis teknologi internet yang dikelola oleh Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *