SALATIGA[Kampusnesia] – Tiga mahasiswa Universitas Kristen Satya Wancana (UKSW) Salatiga berhasil menciptakan inovasi dengan mengembangkan produk bioplastik berbahan dasar limbah kulit singkong.
Ketiga mahasiswa itu masuk dalam tim inovator CASPEEA. Mereka terdiri I Gede Kesha Aditya Kameswara dan M Sulthan Arkana, keduanya mahasiswa program studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika (FSM), serta Pambayun Pulung Manekung Stri Sinandang mahasiswi prodi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (FISKOM) UKSW.
Inovasi produk baru itu diberi nama “CASPEEA, (A Bioplastic Made from Cassava Peel Wastage to Combat Plastic Waste Crisis Worldwide) yang memiliki ketahanan terhadap beban hingga mencapai 15 Mpa, sedangkan produk bioplastik lainnya hanya dapat menahan beban sebesar 9 Mpa.
I Gede Kesha Aditya Kameswara mengatakan kalau plastik biasa yang diproduksi oleh pabrikan dapat menahan beban berkisar 20 hingga 30 Mpa. Namun produk bioplastik yang diciptakan mampu bersaing dengan plastik biasa.
“Kami juga menjamin produk ini food grade memliki ketahanan lebih unggul, meskipun ada campuran bahan kimia,” ujar Kesha panggilan akrab I Gede Kesha Aditya Kameswara, Kamis (20/2).
Kesha sebelumnya juga pernah bereksperimen dengan popok bayi dari kulit singkong.
Menurutnya, kulit singkong yang mengandung sekitar 60% polisakarida berupa pati hanya menjadi limbah dan belum banyak dimanfaatkan hingga sangat potensial untuk mendukung produksi bioplastik.
Indonesia, lanjutnya, sebagai salah satu produsen singkong terbesar di dunia dengan kapasitas produksi mencapai 21 juta ton setiap tahun. Bahkan kulit singkong sebagai kandidat kuat menjadi bahan utama pembuatan bioplastik karena memiliki keberlangsungan (sustainability) yang baik.
Kesha menuturkan bioplastik yang mereka hasilkan dapat terurai sebesar 34,56% selama 3 hari waktu penimbunan didalam tanah, sedangkan produk kompetitor hanya sebesar 18% adapun plastik biasa tidak dapat terurai sama sekali.
“Proses produksi dari bioplastik CASPEEA ini pun terbilang mudah karena tidak memerlukan alat canggih,” tuturnya.
Menurut M Sulthan Arkana, proses produksinya dilakukan dengan merendam kulit singkong kedalam larutan garam CR (Cyano Reduction) untuk menghilangkan sianida yang terdapat pada kulit singkong.
“Kemudian proses berikutnya adalah mengeringkan sekaligus menghaluskan kulit singkong tersebut hingga bentuknya berubah menjadi tepung,” ujar Sultan.
Sedangkan tepung kulit singkong kemudian dicampurkan dengan asam laktat untuk meningkatkan ketahanan terhadap panas (fire resistant), setelah itu campuran tersebut dicuci dengan aseton untuk memperoleh butiran bioplastik.
Selanjutnya, butiran dicampurkan dengan polivinil alkohol (PVA) dan bahan penambah lainnya untuk memproduksi bioplastik yang memiliki nilai kuat tarik yang tinggi.
Sem,entara itu, Dekan FSM UKSW Dr Drs Adi Setiawan MSc menuturkan dari hasil inovasi tersebut, ketiga mahasiswa yang saat ini masih aktif berkuliah tersebut berhasil menyumbangkan medali perak bagi UKSW pada ajang “Thailand Inventor’s Day 2020” yang digelar di Bangkok International Trade and Exhibition Center (BITEC), Bangkok, Thailand pada 2-6 Februari lalu.
“Tim CASPEEA menjadi salah satu kontingen yang mewakili Indonesia dalam kompetisi yang diikuti oleh 500 peserta dari 23 negara. Keberhasilan ini sekaligus melengkapi total raihan medali kontingen Indonesia hingga sebanyak 58 medali baik emas, perak dan perunggu,” tutur Adi Setiawan.
Ke depan, mereka akan terus mengembangkan produk CASPEEA dengan melakukan pengkajian uji produk, CASPEEA juga memiliki potensi menjadi pupuk karena bahan dasarnya mengandung mikromolekul yang dapat dijadikan pupuk kompos.
Prestasi tim yang dibimbing oleh salah satu dosen FSM Dr Yohanes Martono SSi MSc tersebut mendapat apresiasi dari pimpinan universitas dan fakultas. (rs)