Home > HEADLINE > NKRI Terancam Bubar Jika Penanaman Nilai Kebangsaan Di Kalangan Siswa Gagal

NKRI Terancam Bubar Jika Penanaman Nilai Kebangsaan Di Kalangan Siswa Gagal

PEMALANG[Kampusnesia] – Negara Kesatuan Republik Indonrsia (NKRI) akan terancam kelangsungannya atau bubar jika upaya penanaman dan pengamalan nilai-nilai kebangsaan di kalangan siswa atau peserta didik tidak maksimal, apalagi sampai gagal.

Wakil Ketua Umum Majlis Ulama Indonesia Provinsi Jawa Tengah (MUI Jateng) Prof Dr KH Ahmad Rofiq MA mengatakan apabila yang tua-tua ini, gagal mendidik, mengawal dan mengarahkan mereka, ke jalan yang benar sehingga mereka tidak lagi memiliki rasa kebangsaan yang kuat, maka keberadaan NKTI akan habis.

“Ditambah lagi jika dalam beragama mereka cenderung radikal dan ingin mengganti Pancasila, maka akan semakin mengancam eksistensi negara kita,” ujar Prof Rofiq dalam Halaqah dengan tema “Moderasi Beragama dan Wawasan Kebangsaan di Kalangan Siswa” yang digelar di Hotel R-Gina Pemalang, Selasa (10/3)

Halaqah itu, diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Tengah bekerja sama dengan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Jawa Tengah yang berlangsung selama dua hari, Selasa-Rabu ( 11-12/3)

Menurutnya, selain pentingnya wawasan kebangsaan bagi para siswa, juga para guru dan kepala sekolah, wajib mengawal kegiatan kerohanian Islam dan juga kerohanian agama lain di sekolah, agar mereka tidak terjebak kepada faham yang keras, yang menganggap faham keagamaan mereka saja yang benar dan yang lain kafir.

Selain itu, lanjutnya, yang tidak kalah penting lagi adalah, perlu memperketat supervisi dan monitoring secara berkesinambungan, agar buku-buku yang digunakan di sekolah tidak kecolongan disusupi oleh faham-faham yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.

Dia menambahkan halaqah ini dilatarbelakangi oleh sikap keprihatinan dan sekaligus mitigasi risiko, jangan sampai ada siswa yang masih “polos” sampai terpapar faham-faham yang memiliki sikap Anti-NKRI dan Ekstreem dalam Beragama.

Oleh karena itu, tutur Prof Rofiq, upaya bersama penanaman sikap dan membudayakan “Moderasi Beragama dan Penanaman Wawasan Kebangsaan” ini diharapkan dapat melekatkan kesalehan beragama dan kesalehan bernegara di kalangan siswa.

Survey yang dilakukan sejumlah lembaga survey  yang kredibel dan perguruan tinggi  diperoleh informasi bahwa virus radikalisme telah menyusup ke lingkungan sekolah-sekolah  melalui tenaga pendidik. Potret ini sangat memprihatinkan sekali.

“Kita harus bergerak cepat. Penanaman dan pemahaman Islam yang moderat (Islam wasathiyah), dan pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari perlu menjadi perhatian semua pihak, khususnya Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah dan juga Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Tengah khususnya,” ujarnya.

Bersamaan dengan itu, tutur Prof Rofiq, di dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) juga perlu ditanamkan kesadaran bahwa mereka ini adalah anak-anak yang lahir,  besar, tumbuh, dan dewasa di Indonesia, bahkan hingga akhir hayat juga akan dimakamkan di tanah air Indonesia.

“Allah menciptakan kita manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan Ia jadikan kita hidup berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, adalah karena untuk maksud saling mengenal dan saling tolong menolong sebagainana firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 14 dalam Al Al Qur’an,” tuturnya.

Generasi muda harus difahamkan tentang empat pilar bangsa, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan UUD Negara Republik Indonesia, agar mereka merasa memiliki pada negara dan bangsa ini, dan juga memiliki rasa cinta kepada tanah air Indonesia. Kata Ulama, hubbul wathan minal iman artinya “cinta tanah air adalah sebagian dari iman”. (smh)

* Artikel ini telah dibaca 124 kali.
Kampusnesia
Media berbasis teknologi internet yang dikelola oleh Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *