Home > EKONOMI & BISNIS > Dampak PSBB Jakarta, Penjualan Property Kembali Menurun

Dampak PSBB Jakarta, Penjualan Property Kembali Menurun

SEMARANG[Kampusnesia] – Pameran perumahan Property Expo ke-5 yang digelar di Paragon Mall Semarang selama 10 hari sejak 16/9 dan berakhir 27/9 tidak mampu menciptakan kenaikan transaksi sesuai yang diharapkan hanya membukukan penjualan 11 unit rumah senilai Rp8 miliar.

Ketua Panitia Pameran Dibya K Hidayat mengatakan hasil transaksi pameran kali ini sangat jauh dibanding pameran sebelumnya yang mampu menjual 40 unit dengan nilai Rp42 miliar. Penurunan ini terjadi karena animo masyarakat untuk membeli rumah kurang bagus.

“Masyarakat masih takut dengan Covid-19, sehingga untuk mengunjungi pameran di mall  masih belum berani. Penurunan pengunjung mall ini terjadi sejak penerapan PSBB kedua di Jakarta,” ujarnya di sela penutupan pameran itu.

Dampak psikologis dari penerapan PSBB, lanjutnya, sangat mempengaruhi penjualan property. Namun yang paling terkena dampak sangat besar, usaha lain seperti rumah makan, hotel dan lainnya.

“Wilayah perkotaan seperti Kota Semarang sangat terasa bila dibanding di  daerah-daerah,” tuturnya.

Dampak psikologis penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta sangat terasa sekalii hingga pemodal masih enggan melakukan investasi di sektor perumahan baik di Jakrta maupun di daerah seperti Kota Seamarang.

Menurutnya, agar perkonomian kembali bangkit, penanganan Covid-19 harus dilakukan dengan lebih benar, sehingga jangan sampai membuat masyarakat menjadi takut, karena ini justru akan menggerogoti perekonomian.

“Staremen Pemerintah Pusat sangat mempengaruhi di daerah khususnya kota besar, sehingga membuat perekonomisn kembali mengalami penurunan,” ujar Dibya.

Sementara itu, perbankan juga sangat selektif dalam mengucurkan KPR. Perbankan hanya mengucurkan KPR, untuk masyarakat yang berpenghasilan tetap seperti , PNS, TNI/Polri. Sedangkan untuk pegawai swasta hanya perusahaan yang tidah terimbas Covid saja yang bisa mendapatkan KPR sangat terbatas..

Meski kondisi sangat berat, utur Dibya, pengembang tetap berusaha semaksimal mungkin. Solusinya pengembang tetap melakukan promodi agar tetap eksis.

Soal faktor psikologis, dia menambahkan yang membuat pengembang enggan menggelar pameran karena pengunjung mall turun, sehingga perlu pemerintah turun tanggan, agar dunia usaha tidak semakin terpuruk. (rs)

* Artikel ini telah dibaca 17 kali.
Kampusnesia
Media berbasis teknologi internet yang dikelola oleh Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *