Home > EDITOR'S CHOICE > Pemanasan Melalui Hasil Survei

Pemanasan Melalui Hasil Survei

 

                                                              Oleh: Gunawan Witjaksana

Meski Pemilihan Umum (Pemilu) kurang lebih masih tiga tahunan lagi, namun hasil- hasil survei terkait perhelatan politik akbar tersebut telah mulai dirilis.

Berbagai lembaga survei telah merilis hasil surveinya, baik terkait popularitas atau pun elektabilitas, baik partai politik (Parpol), atau pun nama- nama kandidat tokoh nasional yang dicoba, baik sendiri atau pun dipasang- pasangkan.

Hasil surveinya masih sangat variatif, namun setidaknya ada beberapa nama Parpol misalnya PDIP, Gerindra, Demokrat, Golkar  serta beberapa Parpol lain hampir selalu berada di papan atas.

Demikian pula nama Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, Anis Baswedan, serta beberapa nama lain selalu muncul, hingga terlihat pula adanya dinamika Parpol tertentu yang mencuat di berbagai media, dan tentu memunculkan berbagai penafsiran.

Pertanyaannya, mengapa dalam waktu yang relatif masih cukup lama, telah muncul berbagai hasil survei, yang tampaknya mulai berpengaruh pada dinamika politik yang terjadi?. Tidakkah sebenarnya akan lebih baik mengatasi kesulitan bersama sebagai dampak Pandemi Covid-19, toh akirnya akan menunjukkan kinerjanya sebagai pesan komunikasi yang bergaung nyaring dalam membantu masyarakat?.

Dinamika Persepsi

Dari sisi metodologi penelitian hasil survei popularitas dan elektabilitas Parpol atau pun kandidat Presiden itu terkait dengan persepsi masyarakat saat survei dilakukan serta situasi dan kondisi masyarakat yang disurvei.

Selain itu, dinamika ekonomi, politik, sosial, bahkan budaya masyarakat yang sangat dinamis, tentu sangatlah berpengaruh pula.

Intinya hasil survei yang dirilis bisa sangat berbeda dengan realitas yang akan terjadi saat Pemilu digelar, karena dinamika masyarakat berkembang sangat pesat.

Celakanya, mengingat pengalaman Pemilu sebelumnya hasil survei yang masih sangat prematur tersebut digunakan sebagai media kampanye untuk mendukung kandidat atau pun Parpol tertentu.

Cara tersebut meski sah, namun sebenarnya kurang bijaksana, karena bisa menyebabkan salah persepsi, utamanya bagi mereka yang tidak melek hasil survei, sekaligus bisa menggiringnya ke arah pemilihan yang salah .

Selain itu, hasil survei prematur tersebut bisa gaungnya dilipatgandakan oleh media sosial (medsos) yang sulit dikontrol asal usul serta penanggungjawabnya, sehingga bukan mustahil memunculkan kehebohan yang bisa sulit diprediksi dampaknya.

Kesabaran Dan Kinerja

Kegiatan survei sejenis selanjutnya tentu tetap akan berlangsung, baik yang dilakukan secara mandiri atau dengan sponsor tertentu, termasuk yang disponsori Parpol.

Yang terpenting, masyarakat, utamanya para cerdik cendekiawannya perlu terus memberikan pencerahan kepada lingkungannya, sehingga masyarakat akan mampu membaca hasil survei secara fungsional.

Demikian pula dengan Parpol seyogyanya memanfaatkan hasil survei untuk mematangkan persiapannya, termasuk para kandidat yang akan didukungnya.

Persaingan antar Parpol serta antar kandidat tentu akan terus terjadi. Harapannya persaingan itu menjadi sehat, bila tujuan utamanya mewujudkan kesejahteraan masyarakat serta tetap menjaga keutuhan NKRI.

Untuk itulah akan lebih baik bila mereka terus bahu membahu mengatasi kesulitan bersama saat ini, sehingga melalui cara itu masyarakat akan mencatatnya, bahkan memilihnya kelak bila saatnya berlaga.

* Artikel ini telah dibaca 212 kali.
Gunawan Witjaksana
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang. Pengamat komunikasi dan media.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *