SEMARANG[Kampusnesia] – Penggunaan bahan bakar minyak (BBM) ramah lingkungan perlu ditingkatkan untuk meminimalisir perubahan iklim akibat polusi udara. Apalagi, Indonesia juga telah menandatangani Perjanjian Paris pada 2016, sebagai rkomitmen untuk mengurangi emisi gas karbon di udara.
Pakar Lingkungan Universitas Diponegoro (UNDIP) Prof Dr Ir Syafrudin CES MT mengatakan penggunaan BBM sekarang sudah cukup moderat. Namun memang tetap perlu didorong untuk penggunaan BBM ramah lingkungan, hingga diharapkan tidak menambah beban kualitas udara, seperti Pertamax Series.
“BBM ramah lingkungan seperti Pertamax ini memiliki RON tinggi di atas 91, sehingga menghasilkan pembakaran yang baik, dengan tingkat karbon dan timbal yang rendah,” ujarnya.
Menurutnya, penggunaan Pertamax memang harus lebih digencarkan. Hal ini bukan saja merupakan kepentingan pemerintah, tapi juga untuk perbaikan iklim dan peningkatan indeks kesehatan masyarakat sendiri.
“Jika polusi semakin minim, maka iklim akan semakin baik, dan otomatis indeks kesehatan masyarakat juga semakin baik. Apalagi jika bicara efisiensi, berarti BBM dengan hasil pembakaran timbal rendah dan karbon yang rendah, itu yang harus digunakan,” tuturnya.
Seperti diketahui, sektor transportasi memberikan sumbangan 5-10% terhadap pencemaran udara yang memicu perubahan iklim. Dengan demikian, penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan sangat penting, sesuai dengan peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor 20 Tahun 2017 tentang Penerapan Bahan Bakar Standar Euro 4.
Dia menambahkan untuk mengakselerasi penggunaan BBM ramah lingkungan, pemerintah juga perlu memberikan dukungan berupa insentif, di antaranya dengan keringanan pajak. Selain itu, pemerintah juga perlu lebih tegas dalam penegakan aturan dalam penerapan BBM ramah lingkungan.
“Misalkan jika masyarakat telah menggunakan bahan bakar ramah lingkungan pada transportasinya, maka mereka diberi insentif dengan pengurangan pajak. Ini karena dia sudah memberikan kontribusi dalam lingkungan yang lebih baik,” ujarnya.
Syafrudin menuturkan penerapan penggunaan BBM ramah lingkungan juga perlu didukung oleh pemerintah daerah. Edukasi terhadap masyarakat harus terus menerus dilakukan, sehingga mereka terbiasa dalam menggunakan Pertamax Series tersebut.
“Dari sisi ekonomi terlihat memang agak berat, tapi lama kelamaan masyarakat nanti akan terbiasa dan otomatis terbiasa dengan Pertamax Series,” tuturnya.
Dilihat dari aspek kesehatan, penggunaan BBM ramah lingkungan akan membuat udara lebih bersih dan sehat. Pasalnya, kadar gas karbondioksida (CO2) akan jauh berkurang, sehingga kesehatan paru-paru akan tetap terjaga, karena udara yang masuk ke paru – paru merupakan udara bersih.
Direktur RSUD KRMT Wongsonegoro dr Susi Herawati MKes mengatakan jika paru-paru terlalu banyak menyerap CO2 maka akan mempengaruhi kemampuan paru-paru dalam menyerap oksigen.
“Penggunaan BBM ramah lingkungan memang harus, karena kalau CO2 tinggi maka akan menyebabkan flek-flek di paru – paru dan kalau diukur dengan spirometer akan rendah,” tuturnya.
Menurutnya, gangguan pada paru-paru akan bisa menyebabkan gangguan pula pada organ tubuh lainnya, sehingga tubuh akan rentan dengan penyakit kronis.
“Selain tubuh mudah lelah, jika CO2 terlalu banyak terhirup kemudian masuk ke darah, maka akan mempengaruhi organ lainnya,” ujar Susi. (rs)