Home > EKONOMI & BISNIS > Siasat Bisnis F&B Hadapi Pandemi, Adaptasi dan Gebrakan Jadi Kunci Untuk Tetap Tumbuh

Siasat Bisnis F&B Hadapi Pandemi, Adaptasi dan Gebrakan Jadi Kunci Untuk Tetap Tumbuh

JAKARTA[Kampusnesia] –  Kompetisi wirausaha terdepan di Indonesia, Diplomat Success Challenge (DSC) 12, yang diselenggarakan Wismilak Foundation, kini tengah membuka pendaftaran bagi entrepreneur di Indonesia.

Sejalan dengan dibukanya pendaftaran, DSC pun menggelar serangkaian webinar untuk edukasi dan berbagi pengetahuan kewirausahaan. Dengan menggandeng MarkPlus Institute, webinar yang mengusung tema Business Opportunity in F&B Amid Pandemic Situation, sukses digelar.

Webinar kelima menghadirkan beberapa pengusaha F&B yang mampu mengembangkan peluang dan berani membuat gebrakan. Mereka adalah Ayu Utami – Founder Rosalie Cheese,  Haidhar Wurjanto – Founder & CEO Simha Group, dan Hendy Setiono – Founder & CEO Baba Rafi Enterprise.

Dalam sesi webinar tersebut, Ayu Utami, Haidhar dan Hendy berbagi insight, pengalaman serta tips tentang bagaimana memaksimalkan peluang bisnis di sektor F&B di tengah pandemi saat ini.

Ayu Utami mengatakan pentingnya untuk beradaptasi saat menjalankan bisnis F&B di situasi yang tidak menentu. Fokus membuat produk apa yang market butuhkan, bukan produk apa yang bisa dibuat.

Karena pandemi berdampak pada industri pariwisata, Rosalie Cheese sebagai produsen keju lokal yang semula fokus pada segmen perhotelan dan restoran, mulai untuk melakukan market shift.  Mengubah bisnisnya dari B2B menjadi B2C dengan melakukan penjualan langsung kepada pelanggan.

Menurut Ayu, berbekal insight kebutuhan konsumen, Rosalie Cheese akhirnya mencoba menjangkau market pulau Jawa dan berinovasi membuat berbagai paket keju dan turunan produk keju. Misalnya cheese for baking package, yaitu menyediakan paket berbagai jenis keju yang dibutuhkan pelanggan yang gemar membuat roti dan kue saat di rumah saja.

Bahkan Rosalie Cheese pun berinovasi dengan mengadakan experience cheese & tea pairing yang bisa dilakukan di rumah, yaitu experience menikmati keju yang cocok disantap sambil menyesap teh. Pada akhirnya, formula agar peluang bisnis dapat maksimal adalah menciptakan peluang sesuai kebutuhan konsumen.

Ayu pun berbagi tips bagi pelaku bisnis F&B saat mengembangkan peluang usaha. Penting untuk kesiapan people managementsaat melakukan adaptasi perubahan strategi bisnis.

“Selain itu perang harga tidak bisa dihindari, yang paling penting adalah pelaku bisnis harus ketahui value dan uniqueness produk yang dimiliki. Terakhir, tidak saja membangun namun juga mempertahankan hubungan dengan konsumen sambil mendengar masukan dari mereka,” ujar Ayu.

Pelaku bisnis F&B pun harus cepat membaca perubahan perilaku konsumen di tengah kondisi pandemi dan mengubah strategi agar memaksimalkan peluang usaha.

Haidhar Wurjanto yang merintis Simha Group dengan berbagai usaha seperti Es Teh, Foresthree dan Mozza menuturkan memahami perubahan perilaku konsumen adalah kunci sebelum bersiap membuat gebrakan bisnis yang dijalani.

Berdasarkan pengamatan Haidar, konsumen kini sudah terbiasa menghabiskan waktu di rumah saja dan menjadikan TikTok sebagai sumber hiburan. Atas dasar itu, Es Teh menggunakan TikTok sebagai tool sekaligus direct touchkepada masyarakat.

Konten TikTok yang dibuatnya, berhasil viral dan berdampak pada awareness sehingga mendorong penjualan. “Kami percaya, meski produk jenis es teh banyak yang serupa, namun yang penting adalah how we deliver the message,” tuturnya.

Haidhar berbagi tips. Setiap pelaku bisnis F&B harus memiliki mindset bahwa sektor F&B adalah kebutuhan pokok, sehingga tentu saja masih ada peluang untuk berkembang.

Founder dan CEO Kebab Turki Baba Rafi Enterprise, Hendy Setiono, yang sukses melakukan ekspansi bisnisnya hingga ke luar negeri, percaya bahwa mindset tersebut sebagai pendorong kita untuk mengembangkan peluang usaha F&B di masa pandemi. Untuk memaksimalkan peluang, tidak saja butuh inovasi namun juga berkolaborasi.

Pelaku usaha dituntut untuk mampu berkolaborasi agar bisnisnya tidak hanya bertahan, namun memperkuat bisnisnya hingga mampu berekspansi.

Namun saat hendak memutuskan berkolaborasi dengan mitra atau bahkan influencer, penting untuk memahami prinsip kolaborasi. Pertama, saling melengkapi antar pihak dalam berkolaborasi. Fokus pada strength dan pandai membaca kekurangan untuk saling melengkapi. Kedua, memiliki chemistry yang kuat. Ketiga, saling melengkapi diferensiasi skillyang dimiliki.

Bicara mengenai kiat mengembangkan peluang di tengah bisnis, Hendy yang konsisten mengembangkan usaha kuliner dengan berkolaborasi konten kreator influencer, mengingatkan pelaku bisnis untuk berani bikin gebrakan. Selalu coba menjadi pionir dan trendsetter. Ini adalah kunci untuk bersaing.

DCC 12 Undang Para Entrepreneur Indonesia untuk Raih Peluang dan Bikin Gebrakan !

Pelaku UMKM adalah salah satu tulang punggung perekonomian nasional. Itulah sebabnya Diplomat Success Challenge (DSC) kembali mengundang para entrepreneur muda seluruh Indonesia untuk mengikuti kompetisi wirausaha dan mewujudkan bisnis impian dengan mengikuti DSC 12. Pendaftaran telah dibuka sejak 19 Juli dan berakhir 19 Oktober 2021 melalui www.diplomatsukses.com.

DSC 12 akan memberikan modal usaha senilai total Rp2 miliar yang berbentuk hibah, bukan pinjaman. Tidak saja hibah modal usaha, yang menjadi istimewa dari DSC adalah kesempatan pendampingan dengan para mentor yang merupakan pebisnis kompeten. Nantinya peserta pun berkesempatan berjaring melalui Diplomat Entrepreneur Network (DEN).

Bukan hanya untuk bisnis yang sedang berjalan, program DSC pun terbuka lebar bagi mereka yang memiliki ide bisnis dalam berupa konsep. Untuk memberikan inspirasi, DSC pun menggelar rangkaian webinar DSC dengan berkolaborasi dengan MarkPlus Institute yang menghadirkan insight serta pengalaman entrepreneur yang telah menunjukkan growth di bidang bisnis yang ditekuni.

Simak juga update tentang penyelenggaraan DSC12 di lini masa media sosial kami; Instagram @diplomatsukses, Facebook Wismilak Diplomat, Twitter @diplomat_sukses, dan situs www.diplomatsukses.com. (rs)

* Artikel ini telah dibaca 40 kali.
Kampusnesia
Media berbasis teknologi internet yang dikelola oleh Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *