SEMARANG[Kampusnesia] – Jawa Tengah akan melakukan penjajakan ekspor di pasar negara kawasan Timur Tengah, sebagai upaya untuk mengantisipasi dampak perang dagang antara Amerika dengan China.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pemprov Jateng Arif Sambodo mengatakan kebijakan Amerika dan negara maju lain yang akan meninjau ulang kebijakan tarif ekspor, memaksa Pemerintah Indonesia membuka pasar baru ke negara potensial, termasuk di kawasan Timur Tengah.
Menurutnya, untuk mempersiapkan penjajakan pasar eskpor itu, selain akan meningkatkan kualitas produk, Jatehg juga membuka peluang pasar baru di Afrika, Amerika Selatan dan Eropa Timur.
“Sudah saatnya Indonesia melihat pasar nontradisional ke negara-negara tersebut, agar dampak peninjauan tarif ekspor yang diwacanakan negara-negara maju bisa diminimalisir,” ujarnya, Kamis (12/7).
Jateng, lanjutnya, sudah membahas dengan pemerintah Chili, Afrika Selatan dan ke depan sekitar November 2018 mendatang juga akan dilanjutkan pembicaraan di Jeddah, sebagai upaya mempercepat untuk membuka pasar ekspor baru.
Dia menuturkan berbagai produk akan diekspor ke negara kawasan itu, tidak hanya tekstil dan barang tekstil, namun juga ada furniture, produk makanan minuman dan lainnya, mengingat sebagian besar masyarakat Arab sangat menyukai barang dari logam. Bahkan belakangan ini permintaannya cukup tinggi.
Data Badan Pusat Statistik Jateng menyebutkan ekspor Jateng periode Mei 2018 mengalami peningkatan 10,02% dengan nilai sebesar US$54,85 juta. Secara kumulatif, ekspor periode Januari-Mei 2018 mencapai US$2.784,31 juta, mengalami kenaikan 13,80% dari ekspor kumulatif periode yang sama tahun lalu hanya senilai US$2.446,62 juta. (rs)
