DEMAK[Kampusnesia] – Kabupaten Demak menempati peringkat ke-2 se-Jawa Tengah sebagai daerah penghasil bawang merah setelah Kabupaten Brebes dan memiliki sentra produksi yang tersebar di lima kecamatan.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Demak Ir Wibowo melalui Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Heri Wuryanta STP M mengatakan sejak 1970-an, Kabupaten Demak sudah dikenal sebagai daerah sentra produksi bawang merah dan sampai saat ini lahan terus diperluas.
Menurutnya, daerah penghasil bawang merah di wilayah Demak meliputi 5 Kecamatan terdiri Kecamatan Mijen dengan luas lahan 3.303 hektar (ha), Kecamatan Karanganyar seluas 1.017 hektare, Kecamatan Wedung 564 hektare, Kecamatan Demak 424 hektare dan Kecamatan Dempet 321 hektare.
Perkembangan bawang merah, lanjutnya, di wilayah Kabupaten Demak lima tahun terakhir ini menunjukkan pertambahan luas area penanaman bawang merah, yang didorong minat petani semakain besar untuk membudidayakan komoditas itu.
Selain itu, dia menambahkan secara umum bawang merah mudah dibudidayakan, bahkan pangsa pasar bagus, kesesuaian lahan dan agroekosistem juga sangat mendukung pertumbuhan yang optimal.
“Disamping itu, masa produksi bawang merah yang relatif singkat juga membuat petani merasa lebih cepat mendapatkan hasil dari budidaya bawang merah tersebut serta pada saat-saat harga jual cukup menjanjikan,” ujar Heri panggilan akrab Heri Wuryanta itu.
Dia menuturkan melihat prospek dan perkembangan bawang merah di wilayahnya, kini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Demak melalui Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Demak turut berperan dalam pengembangan kawasan bawang merah melalui penyaluran bantuan sarana dan prasarana kepada kelompok tani bawang merah yang diakomodir dari anggaran APBN Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian RI berupa saprodi benih bersertifikat, pupuk (NPK, ZA, KNO3) dan alsin (Cultivator, pompa air, Handsprayer elektrik, alat pengolah bawang merah) untuk mekanisasi pertanian.
Pemberian bantuan tersebut bertujuan memberikan stimulan bagi petani dan membantu meningkatkan produksi bawang merah melalui penerapan GAP (Good Agriculture Practices) dan SOP (Standard Operasional Procedur) untuk menghasilkan produk berkuallitas dengan biaya produksi rendah.
Selain itu, pihaknya melakukan beberapa terobosan dengan melakukan pemetaan kawasan, pengaturan pola tanam, pendampingan dan penyuluhan petani, penanganan pasca panen, penguatan kelembagaan petani serta membangun kemitraan dengan pabrikan untuk menyerap hasil produksi dengan prinsip saling menguntungkan. (rs)
