Home > EKONOMI & BISNIS > AGRIBISNIS > Ganjar Turun Sawah Ikut Tanam Padi Jarwo Bersama Ibu-Ibu Petani

Ganjar Turun Sawah Ikut Tanam Padi Jarwo Bersama Ibu-Ibu Petani

BANYUBIRU[Kampusnesia]  – Ibu-ibu petani dari 12 Kabupaten pamer kekompakan menanam padi dengan metode Jajar Legowo di Ngrapah, Banyubiru Kabupaten Semarang, Senin (22/10).

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang menyaksikan itu, tidak tanggung-tanggung ikut terjun ke lahan persawahan untuk turut menanam bahan bangan pokok tersebut.

Ibu-ibu petani tersebut memang sengaja ngumpul di Ngrapah sejak subuh untuk beraksi di Festival Tanam Jajar Legowo, serbagai festival yang aktif diadakan tiap masa tanam empat tahun terakhir. Gerakan mereka ini diinisiasi Konsorsium Beras Unggul Jawa Tengah.

“Terdapat sebanyak 40 regu tanam yang ikut dan semua bergerak mendukung sedulur tani di 15 Kabupaten untuk meningkatkan produksi dan harga jual dengan menerapkan SOP cara budidaya yang baik, metode tanam Jajar Legowo,” tutur Ruth Murtiasih Subodro pengurus Konsorsium Beras Unggul Jawa Tengah.

Metode tanam padi Jajar Legowo, lanjutnya, dilakukan dengan cara mengatur jarak antar benih pada saat penanaman. Sistem ini telah terbukti dapat meningkatkan hasil padi dibanding dengan penggunaan sistem tradisional, bahkan mampu mendongkrak panen hingga mencapai sekitar 30% per hektare.

Sistem tanam ini, dia menambahkan menerapkan pola beberapa barisan tanaman yang diselingi satu barisan kosong. Tanaman yang seharusnya ditanam pada barisan yang kosong dipindahkan sebagai tanaman sisipan di dalam barisan.

Menurut Ganjar, Jarwo ini memberikan pemahaman baru cara menanam padi dan bisa menjadi daya tarik pada masyarakat untuk beralih pada teknologi pertanian modern.

Ganjar ikut terjun ke sawah yang tentu saja penuh lumpur, meski masih mengenakan baju boko dan sarung, karena usai memimpin upacara peringatan Hari Santri Nasional ke- 4 di Simpang Lima Semarang.

Dalam sarasehan yang penuh keakraban, Ganjar menyinggung upaya penerapan sistem pertanian modern di Jawa Tengah. Kepada ibu-ibu petani maupun buruh tani yang hadir Ganjar menanyakan penggunaan peralatan pertanian modern apakah sudah diterapkan di wilayah masing-masing, karena penggunaan peralatan modern di sektor pertanian sudah mendesak, terlebih minimnya generasi muda tani.

“Ada atau tidak ibu-ibu yang bisa menggunakan transplanter. Kita mau bantu. Kalau ibu-ibu menggunakan manual ya kasihan. Sudah sepuh-sepuh generasi muda tani juga tidak ada. Maka harus masuk mekanisasi,” ujar Ganjar.

Yang menarik lagi, tutur Ganjar, mereka bertani dengan metode baik dan terbukti ketika menanyakan lebih memilih mana menerapkan pertanian organik atau anorganik dan ibu-ibu kompak menjawab memilih pertanian organik.

“Kalau ini bisa masuk, maka hasil pertaniannya bisa masuk kualifikasi premium, ini mahal sekali. Tugas kita membantu mereka memasarkan dan diharapkan festival ini bisa memberi semangat agar masyarakat bisa bertani dengan baik,” tuturnya.

Festival ini juga didukung Kedutaan Besar Kerajaan Belanda. Deputi Ambassador Kerajaan Belanda, Ferdinan Lahnstein menuturkan senang bisa membantu meningkatkan pengetahuan teknik pertanian dan wirausaha, terlebih dengan adanya konsorsium.

“Pada 2016 Presiden Jokowi berkunjung ke Belanda dan melihat sektor pertanian di negara itu, kemudian berbincang bagaimana caranya sistem pertanian di Belanda juga diterapkan di Indonesia. Dengan Jateng sebagai contohnya. Kami percaya ada tantangan, tapi kami percaya dengan pemerintah di daerah,” ujarnya. (rs)

* Artikel ini telah dibaca 633 kali.
Kampusnesia
Media berbasis teknologi internet yang dikelola oleh Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *