Home > HEADLINE > Militansi Umat Beragama Jangan Dibajak Untuk Kepentingan Politis Pragmatis

Militansi Umat Beragama Jangan Dibajak Untuk Kepentingan Politis Pragmatis

SEMARANG[Kampusnesia] – Militansi umat beragama dalam meyakini kebenaran agamanya jangan sampai dibajak oleh pihak-pihak yang mengeksploitasi kepentingan politis dan pragmatis.

Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Jawa Tengah (FKUB Jateng) KH Drs Taslim Syahlan M Si saat menyampaikan pandangannya dalam talk show bertajuk Kerukunan di Jateng Paska Penetapan Hasil Pemilu di Jateng mengatakan militansi beragama yang sudah terbangun itu justru semestinya dimanfaatkan untuk menjaga etika dan berperilaku dalam berpolitik.

“Jangan malah sebaliknya umat beragama yang taat dipolitisir untuk kepentingan pragmatisme,” ujar kyai Taslim dalam talk show di stasiun Semarang TV  yang disiarkan secara  live , Rabu (17/7) malam.

Menurutnya, dalam upaya menjaga kerukunan antar umat beragama selama berlangsungnya kontestasi peserta Pemilu 2019,  FKUB  Jateng sudah memberikan edukasi publik tentang pentingnya partisipasi publik, kampanye elegan, hindari mony politik, hindari ujaran kebencian, jangan gunakan hoax dan sebagainya.

Sebagai umat yang bertuhan, lanjutya, semestinya semuanya menjadikan ajaran agama yang mulia itu sebagai landasan etika dalam berpolitik, karena tidak bijaksana kalau agama hanya dijadikan sebagai penguat identitas politik yang semu.

Semestinya semua ajaran agama yang mendorong pemeluknya  untuk berbuat adil, jujur dan mengedepankan keteladanan misalnya, dijadikan acuan dalam berpolitik untuk mensosialisasikan diri, sehingga  acuan seseorang untuk  memilih pemimpin akan melihat dan mempertimbangkan  apakah ia merepresentasikan nilai-nilai kejujuran dan keadilan atau tidak. Jadi bukan karena agamanya apa.

Dia menambahkan FKUB dalam irisan konstelasi kompetisi politik selalu berpesan agar masyarakat selalu  menjaga marwah agama yang sejatinya terus menguatkan urgensi hidup rukun antar umat beragama.

Pasca penetapan MK, tutur Taslim, atas sengketa hasil Pemilu beberapa waktu lalu  merupakan perwujudan “tabayyun akbar” yang dalam perapektif agama-agama merupakan “takdir politik” yang harus diterima dengan lapang dada oleh semua pihak.

Inilah wujud peradaban yang mendudukkan posisi kemanusian yang mulia. Agama sesungguhnya adalah membimbing manusia untuk terus mengawal peradaban. Karena itu akan menjadi tidak produktif kalau masih ada pihak- pihak yang mengingkari realitas takdir politik yang beradab ini. (smh)

* Artikel ini telah dibaca 111 kali.
Kampusnesia
Media berbasis teknologi internet yang dikelola oleh Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *